Pada prinsipnya, RMU dan RMP
(Rice Milling Plant) adalah dua nama
yang sama bila ditinjau dari segi fungsi, yaitu mesin-mesin penggilingan padi
yang berfungsi mengkonversi gabah kering menjadi beras putih yang siap untuk
dikonsumsi. Bila RMU merupakan satu mesin yang kompak dengan banyak fungsi,
maka, RMP merupakan jenis mesin penggilingan padi yang terdiri dari beberapa
unit mesin yang terpisah satu sama lain untuk masing-masing fungsinya dalam
proses penggilingan beras. Karena terpisah, unit-unit pada RMP dapat memiliki
kapasitas yang berbeda, sehingga waktu operasional tiap unit tidak sama untuk
jumlah padi yang sama. Hal ini bukan merupakan masalah, hanya memerlukan
penjadwalan yang lebih baik untuk operasional dan perawatan unit-unit yang
terpisah tersebut. Namun demikian aliran bahan dapat dijalankan secara otomatis
bila mesin-mesin dari RMP merupakan satu set mesin yang sama, dari industri
manufaktur yang sama.
Gambar 7. Rangkaian mesin-mesin pengolahan gabah yang lengkap (Sumber : PT Agrindo)
Perbedaan lain yang lebih
penting pada RMP dibandingkan dengan RMU terletak pada kapasitas gilingnya. RMP
biasanya memiliki kapasitas giling yang lebih besar daripada RMU yaitu antara
1.0 hingga 5.0 ton/jam. Perbedaan kapasitas giling ini menjadi penting sebab
akan meningkatkan efisiensi penggunaan mesin-mesin penggiling. Untuk menggiling
padi dengan jumlah dan lama waktu giling yang sama, akan dibutuhkan jumlah
mesin berkapasitas giling kecil yang lebih banyak dibandingkan dengan mesin
berkapasitas giling� besar. Pada umumnya,
bila faktor-faktor lainnya sama, lebih murah membeli sebuah mesin berkapasitas
giling besar dibanding jika membeli sejumlah mesin dengan kapasitas giling yang
kecil, baik ditinjau dari segi biaya pembelian maupun perawatan. Akan tetapi
penggunaan mesin dengan kapasitas giling besar juga tidak akan efisien bila
padi yang akan digiling tidak tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Dengan
demikian pemilihan kapasitas mesin giling harus disesuaikan dengan jumlah padi
yang akan digiling dalam waktu tertentu, agar mesin penggilingan dapat
beroperasi optimal dan ongkos giling per kg beras dapat ditekan. Rangkaian
mesin-mesin pengolahan gabah yang lengkap (RMP) dan diagram alir pengolahan
gabah menjadi beras diperlihatkan dalam Gambar 7, sedangkan alur perlakuan
dalam proses penggilingan gabah/beras pada rice milling plant diperlihatkan
dalam Gambar 8.
Proses
Pengolahan Gabah Menjadi Beras
Gabah dipanen pada tingkat
kadar air sekitar 22% sampai 25% basis basah. Gabah dengan kadar air demikian
tidak dapat langsung digiling karena kulitnya masih cukup basah sehingga sukar
pecah dan terkupas. Oleh karena itu gabah perlu dikeringkan hingga kadar airnya
berkisar 14% basis basah, yang biasanya dilakukan melalui proses penjemuran
(Gambar 9a). Pengeringan juga dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe alat
pengering mekanis yang biasanya dioperasikan oleh penggilingan padi berskala
besar (Gambar 9b).
(a) |
(b) |
Sebelum dilakukan penjemuran,
gabah harus dipisahkan dari malainya dengan cara perontokan, agar penjemuran
dapat berlangsung lebih singkat dan dapat menghemat tempat penjemuran.
Perontokan biasanya dilakukan dengan cara manual, yang disebut penggebotan
karena gabah bersama malainya digebot (dipukulkan) pada sebuah papan bercelah
sehingga butir-butir gabah terlepas dari malainya (Gambar 10a). Cara yang lebih
baik adalah menggunakan alat perontok semi-mekanis (pedal thresher) atau pun mesin perontok mekanis� (power
thresher) bila tersedia (Gambar 10b). Penggunaan mesin perontok mekanis
kapasitas perontokan dapat ditingkatkan hingga mendekati satu ton GKP per jam,
selain juga mengurangi susut perontokan yang umumnya tinggi pada perontokan
cara gebotan (5-8%).
(a) |
(b) |
Sedudah dirontokkan gabah
kemudian dijemur di lamporan. Lamporan adalah suatu lantai semen yang dibuat
agak tinggi di bagian tengahnya dengan saluran air diantaranya untuk mencegah berkumpulnya
air hujan. Praktek penjemuran yang baik adalah dengan menggunakan alas tikar
atau plastik/terpal pada lantai sehingga gabah pada lapisan dasar tidak terkena
panas yang berlebihan akibat pemanasan lantai semen, selain memudah untuk
ditutupi dan diangkut ke gudang dengan cepat bila sewaktu-waktu turun hujan
selama penjemuran. Gabah hasil pengeringan dengan kadar air sekitar 14% basis
basah disebut gabah kering giling (GKG) karena sudah dapat menjalani proses
penggilingan.
Sumber : http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440_files/Penangananpadi.htm
0 komentar:
Posting Komentar